Serakah, atau dikenal juga dengan istilah tamak (Inggris: greed, greedy, avarice, cupidity, covetousness; Latin: avaritia), adalah refleksi dari dari gangguan mental pada diri seseorang, dimana penderita tidak dapat mengendalikan keinginan untuk menguasai atau memiliki sesuatu secara berlebihan. Sifat dan perilaku serakah pada diri seseorang biasanya dapat dipicu ketika terdapat sumber-sumber kekayaan (sumber berharga) yang memungkinkan untuk diambil, baik secara langsung menggunakan kekuatan sendiri, atau dengan memanfaatkan kekuasaanya dengan memerintahkan/memanipulasi orang lain. Sifat serakah seringkali membuat pelaku melakukan tindakannya semata hanya berdasarkan pada kepentingan pribadi, adapun kelompok atau golongan hanya sekedar alat. Orang yang dihinggapi penyakit ini umumnya tidak pernah merasa terpuaskan dengan apa yang telah diperolehnya, pada tingkatan serakah akut, pelaku akan melakukan berbagai cara, menggunakan energinya secara terus menerus untuk mendapatkan lebih banyak lagi kekayaan dengan mengabaikan norma-norma sosial, dan bahkan norma agama-nya sendiri.
Tidak dapat dipungkiri, sifat serakah seperti virus yang menjadi penyakit endemik, yang kemudian menjadi epidemik terutama di Indonesia. Dengan berbagai modus, trik dan intrik, sifat serakah merupakan motif utama yang mendasari terjadinya tindakan Kolusi, Korupsi, Nepotisme dan Hedonisme oleh oknum-oknum tertentu, menjangkiti tidak hanya perorangan, tetapi pada suatu komunitas atau lembaga, memberikan dampak buruk pada tatanan sosial, dapat merusak dan berpotensi "mematikan" semangat pancasila, khususnya sila ke lima Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, menghambat pembangunan, melemahkan program-program ekonomi kerakyatan, dan berimbas pada melonjaknya angka pengangguran dan kemiskinan dalam skala masif yang diderita oleh generasi dan rakyat Indonesia. Sifat serakah yang menjangkiti oknum-oknum pemangku jabatan dapat bertransformasi menjadi tindakan Korupsi yang berpotensi besar menjadi bencana nasional yang dapat menggerus nilai-nilai nasionalis dan kepercayaan rakyat Indonesia pada Pemerintahannya sendiri. Indonesia mungkin merupakan negara yang makmur dan kuat, yang dapat dianalogikan seperti seperti sebuah benteng yang kokoh, namun sebarapapun kokohnya jika sumber-sumber kekuatannya terus dipreteli dan digempur oleh tindak korupsi dari dalam secara bertubi-tubi akan dapat melemahkan bangunan benteng, dan selanjutnya dapat diprediksi, benteng akan roboh juga dengan sendirinya.
Written by
(Khaerudin Noer)
Tidak dapat dipungkiri, sifat serakah seperti virus yang menjadi penyakit endemik, yang kemudian menjadi epidemik terutama di Indonesia. Dengan berbagai modus, trik dan intrik, sifat serakah merupakan motif utama yang mendasari terjadinya tindakan Kolusi, Korupsi, Nepotisme dan Hedonisme oleh oknum-oknum tertentu, menjangkiti tidak hanya perorangan, tetapi pada suatu komunitas atau lembaga, memberikan dampak buruk pada tatanan sosial, dapat merusak dan berpotensi "mematikan" semangat pancasila, khususnya sila ke lima Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, menghambat pembangunan, melemahkan program-program ekonomi kerakyatan, dan berimbas pada melonjaknya angka pengangguran dan kemiskinan dalam skala masif yang diderita oleh generasi dan rakyat Indonesia. Sifat serakah yang menjangkiti oknum-oknum pemangku jabatan dapat bertransformasi menjadi tindakan Korupsi yang berpotensi besar menjadi bencana nasional yang dapat menggerus nilai-nilai nasionalis dan kepercayaan rakyat Indonesia pada Pemerintahannya sendiri. Indonesia mungkin merupakan negara yang makmur dan kuat, yang dapat dianalogikan seperti seperti sebuah benteng yang kokoh, namun sebarapapun kokohnya jika sumber-sumber kekuatannya terus dipreteli dan digempur oleh tindak korupsi dari dalam secara bertubi-tubi akan dapat melemahkan bangunan benteng, dan selanjutnya dapat diprediksi, benteng akan roboh juga dengan sendirinya.
Written by
(Khaerudin Noer)