Aspek Keuangan dan Sistem Keuangan



Kajian aspek keuangan dimaksudkan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan usaha untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah usaha akan dapat berlanjut.

Tujuan menganalisis aspek keuangan adalah untuk mengetahui perkiraan pendanaan dan aliran kas dari rencana usaha, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya suatu unit usaha BUM Desa dijalankan. Aspek keuangan yang perlu dikaji meliputi:

1) kebutuhan dana serta sumbernya,
2) aliran kas,
3) perkiraan laba-rugi, dan
4) penilaian investasi rencana usaha.

Untuk menilai investasi dari rencana usaha dapat dilakukan dengan berbagai metode. Namun untuk keperluan kajian kelayakan usaha BUM Desa metode yang disajikan dalam buku ini sengaja dipilih metode yang cukup mudah digunakan. Metode penilaian investasi yang dimaksud meliputi: Profitability Index, Net Present Value, Pay Back Period dan Break Even Point.


1. Kebutuhan Dana dan Sumbernya
Untuk merealisasikan usaha/bisnis dibutuhkan dana untuk biaya investasi. Biaya investasi diperlukan untuk membangun/mendirikan usaha, misalnya: pengadaan tanah, bangunan, mesin, peralatan, biaya pemasangan, biaya kajian kelayakan usaha, pengurusan perijinan, dan lain-lain. Barang dan segala sesuatu yang diperoleh dengan biaya investasi ini disebut harta tetap.

Di samping untuk biaya investasi, dana juga dibutuhkan untuk modal kerja. Modal kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha setelah rencana usaha nantinya siap dijalankan. Setiap jenis kegiatan usaha yang berbeda tentunya berbeda pula jenis biaya usaha atau biaya produksinya. Oleh karena itu, macam-macam biaya yang dikeluarkan untuk modal kerja disesuaikan dengan jenis kegiatan usahanya. Ini disebabkan oleh perbedaan cara, alat, bahan dan kebutuhan lainnya dalam memproduksi barang/jasa serta pemasarannya.

Sumber dana atau permodalan BUMDes dapat bersumber dari :
  • Kekayaan Desa yang dipisahkan;
  • Tabungan masyarakat;
  • Bantuan  dari  Pemerintah,  Pemerintah  Provinsi,  dan Pemerintah Daerah;
  • Pinjaman; dan/atau
  • Penyertaan modal pihak lain/kerjasama bagi hasil.
Lebih lanjut, perlu dilakukan perhitungan biaya penyusutan terhadap investasi yang berbentuk harta tetap, misalnya: gedung, mesin, komputer, meja-kursi, peralatan, dan lain-lain. Perhitungan ini diperlukan untuk memperhitungkan laba/rugi dari kegiatan usaha. Perhitungan biaya penyusutan dapat dilakukan berdasarkan satuan waktu hari, minggu, bulan dan tahun. Penentuan satuan waktu tersebut disesuaikan keperluan dan sifat dari barang.

2. Aliran Arus Kas
Berkaitan dengan kajian kelayakan usaha, perhitungan terhadap arus/aliran kas (cash flow) penting dilakukan karena laba dalam pengertian akuntansi tidak sama dengan kas masuk bersih. Bagi pengelola keuangan, kas bersih justru lebih penting untuk diketahui, karena hanya dengan kas bersih ini perusahaan (BUM Desa) dapat melaksanakan pembayaran kewajiban keuangannya.

Kas pada dasarnya terdiri atas 2 (dua) macam peristiwa, yaitu arus kas masuk dan arus kas keluar. Bagian arus kas masuk mencatat semua penerimaan uang yang berasal dari hasil transaksi, misalnya: hasil penjualan tunai barang, uang persewaan yang diterima, penerimaan uang cicilan simpan-pinjam, kredit modal kerja kepada pihak lain, penerimaan bunga simpanan uang dari bank, dan sebagainya. Sedangkan bagian arus kas keluar mencatat semua pengeluaran uang yang digunakan untuk: membayar pegawai, pengadaan bahan baku, membeli bahan bakar, membayar pajak, membayar bunga bank, menambah investasi, dan sebagainya.

3. Perkiraan Laba-Rugi
Perkiraan atau proyeksi laba-rugi penting dilakukan, karena salah satu tujuan BUM Desa melakukan kegiatan usaha adalah mendapatkan keuntungan atau laba usaha. Apabila dari proyeksi laba-rugi menunjukkan rugi, maka sebaiknya rencana kegiatan usaha perlu dicari alternatif usaha lain dengan cara memperhitungkan kembali aspek-aspek keuangan agar mencapai keadaan yang dapat menghasilkan laba. Jika tidak ada alternatif, dan hasil proyeksi tetap rugi, sebaiknya rencana kegiatan usaha dihentikan saja.

4. Penilaian Investasi
Jika dalam periode yang sama terdapat beberapa usulan rencana usaha yang ternyata layak untuk dijalankan, se- dangkan dana yang tersedia tidak mencukupi, maka perlu dicari jalan keluar. Salah satunya adalah dengan melakukan urutan prioritas terhadap usulan-usulan bisnis itu. Untuk melakukan penilaian investasi serta melakukan analisis urutan prioritas adalah sebagai berikut:

A. Metode Pay Back Period (Waktu Kembali Modal)
Metode ini sederhana dan sudah dikenal secara umum. Ketika seorang pemilik modal ditawari untuk melakukan investasi (modal) usaha maka ia akan bertanya “Berapa lama modal saya akan kembali?” Dalam manajemen keuangan hal itu dikenal dengan sebutan payback period, yaitu suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas. 

B. Metode Net Present Value (NPV)
Net Present Value (nilai sekarang) yaitu selisih antara biaya investasi dengan nilai sekarang dengan penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang.Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang berlaku.

C. Metode Profitability Index (PI)
Profitability Index (indeks untuk dapat untung) merupakan metode untuk menghitung perbandingan antara nilai arus kas bersih yang akan datang dengan nilai investasi yang sekarang. Jadi profitability index dapat dihitung dengan membandingkan antara Present Value (PV) Kas Masuk dengan PV Kas Keluar.

D. Break Even Point (Titik Impas)
Analisis break even point atau titik impas digunakan untuk mengetahui hubungan antara beberapa faktor di dalam kegiatan perusahaan, seperti luas produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan, serta pendapatan yang diterima perusahaan dari kegiatannya. Pendapatan perusahaan merupakan penerimaan yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan, sedangkan biaya operasi merupakan pengeluaran untuk kegiatan perusahaan. Biaya operasi ini terbagi atas dua bagian, yaitu biaya tetap dan biaya variabel (biaya tidak tetap).

Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik atau turunnya produksi yang dihasilkan. Contoh: gaji pengurus/pengelola BUM Desa, biaya rapat, biaya penyusutan, bunga bank, dan lain-lain.

Biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan tingkat produksi. Contoh: biaya untuk membeli bahan baku, biaya bahan bakar mesin produksi, biaya pemasaran, biaya tenaga kerja langsung, dan sebagainya.

Break Even Point (BEP) merupakan keadaan yang menunjukkan Total Pendapatan sama dengan Total Biaya. Total Pendapatan adalah  jumlah  unit barang  terjual dikalikan harga satuan barang, sedangkan total biaya merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel.


Source: 
Seri Buku Pintar BUMDesa
Materi BBPLM Jakarta  
Pelatihan Pengolahan BUMDes
Angkatan VIII - 2019 Karawang

Pages